Tuesday, November 17, 2009

Kesempatan...

Pernahkah kalian membuang kesempatan yang datang? pasti pernah. Ya, kesempatan itu bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, kesempatan harus diperjuangkan. Yang jadi masalah adalah ketika kesempatan itu datang dan kita tidak menyadarinya. Mungkin kalau cuma kesempatan untuk hal yang sepele, itu tidak jadi masalah, tapi ketika kita membuang kesempatan untuk sesuatu, tentunya hal tersebut akan menjadi beban bagi diri kita sendiri. Aku sendiri pernah mengalaminya, membuang suatu kesempatan besar yang mungkin akan selalu teringat di masa depan. aku membuang kesempatan memiliki seorang kekasih.

Ya, seorang kekasih, atau pacar, aku pernah membuangnya, walaupun masih sekedar kesempatan. Semuanya terjadi karena ketidakjujuran terhadap perasaan sendiri. Kejadiannya sekitar tahun 2003/2004, kelas 3 SMP. Aku mencintai seorang wanita, wajahnya mungkin biasa saja, tapi kepribadiannya menarik, dan hobi kami berdua sedikit mirip, mendengarkan lagu jepang. Ya, aku mulai tertarik padanya di pertengahan semester 1 kelas 3 SMP. Di kelas, kami duduk bersebelahan, akibat jumlah laki-laki dan perempuan yang ganjil. Mungkin kalian bisa saja bilang cinta lokasi atau apapun, aku tak peduli, yang jelas aku menyukainya. Seiring waktu berjalan, aku semakin menyayanginya, dan aku tahu aku mencintainya. TAPI semuanya tak selalu berjalan baik. Aku terus berusaha menolak fakta bahwa aku memang mencintainya, dan hal ini terus kulakukan hingga Desember 2008. 5 tahun... aku membohongi diriku sendiri. Pada awal Desember 2008, aku mencoba menanyakan sesuatu padanya, "seandainya aku dulu nembak kamu, diterima apa ditolak?" dan jawabannya tidak sesimpel itu : "kenapa kamu tanya seperti itu?, coba kamu jelasin kenapa kamu nggak nembak aku." dan semuanya kuceritakan padanya. Pada akhir percakapan dia berkata kira-kira begini

"aku dulu pernah berharap kamu segera ngomong, soalnya aku juga bakalan dengan senang hati nerima, tapi kamu nggak pernah ngomong wan, dan itu jadi pertanyaan buatku sampe sekarang, kalo kamu tanya aku sekarang, itu udah telat wan, aku udah punya cowok sekarang..., lain kali, siapapun orang yang kamu sayang, kamu jujur ya wan..."

Nasehat dari seseorang yang amat berarti buatku, dan nasehat ini selalu kuingat. Suatu ketika tanggal 13 Februari jam 1/2 4 kesempatan itu datang, kesempatan mengatakan sesuatu terhadap seseorang yang sangat kucintai. Namun akhirnya, semuanya berakhir buruk, dia menolakku. Akhirnya aku merasakan pahitnya ditolak. Perasaan sayang yang masih tersisa menyiksa diriku, tak mampu dikeluarkan, tak ada objek untuk melepaskan semua perasaan itu. Hingga saat ini, sisa-sisa perasaan itu masih ada, aku berusaha mencurahkan perasaan ini padanya, walaupun kutahu dia tak pernah mau menerima perasaan sayangku ini. Aku telah membuat suatu komitmen, bahwa aku akan selalu membuatnya bahagia, tanpa pernah mengharap apapun lagi darinya, hingga suatu saat nanti, dia menemukan tambatan hatinya. Walaupun kusadari komitmen itu sangat berat, tapi aku tetap berusaha menepati komitmenku sendiri. Setiap kami bertemu, dadaku selalu terasa sesak, masih ada sesuatu yang mengganjal di hati ini. Aku hanya harus bertahan, hingga dia menemukan tambatan hatinya, entah kapan akan terjadi.

Yang terus menjadi pertanyaanku adalah, apakah dia jujur terhadap perasaannya sendiri? apakah selama 1 tahun ini dia tak pernah mencintai seseorang? apakah dia selalu menolak perasaan cintanya terhadap seseorang? aku hanya tak ingin dia mengalami kepedihan yang kurasakan. Suatu saat nanti semuanya akan terungkap.....

Biarlah itu semua jadi pelajaran bagiku. Yang jelas, aku akan berusaha untuk tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan.

Terima kasih...